Disabilitas Netra dapat Memengaruhi 3 Area pada Karakteristik Kognitif Anak, Apa Saja?
Anak dengan disabilitas netra mempunyai kesusahan waktu bergerak bebas, bermain, lihat serta mengikuti orangtuanya dalam kesibukan setiap hari.
Modal Pertama Dalam Main Slot |
Menurut periset dari Kampus Pendidikan Indonesia (UPI) Djadja Rahardja, beberapa anak tunanetra kehilangan saat belajar gawat semacam itu, yang kemungkinan berefek pada perubahan, belajar, ketrampilan sosial, serta sikapnya.
Disabilitas netra bisa mengubah beberapa karakter anak seperti karakter kognitifnya. Tunanetra dengan cara langsung punya pengaruh pada perubahan serta belajar dalam soal yang beragam.
Periset asal Austria Berthold Lowenfeld memvisualisasikan efek kebutaan serta low vision pada perubahan kognitif, dengan mengenali kekurangan yang fundamental pada anak dalam tiga tempat yakni tingkat/keanekaragaman pengalaman, kekuatan beralih tempat, serta hubungan dengan lingkungan.
Saat seorang anak mempunyai disabilitas netra, karena itu pengalaman harus didapat dengan menggunakan indera-indera yang masih tetap berperan, terutamanya perabaan serta pendengaran. Tetapi, indera-indera itu tidak bisa dengan cepat serta lengkap dalam mendapatkan info, contohnya ukuran, warna, serta jalinan ruangan yang sebetulnya dapat didapat dengan selekasnya lewat pandangan.
Tidak seperti peranan pandangan, saat anak mendalami benda dengan perabaan karena itu harus ada contact dengan bendanya semasa ia lakukan eksplorasi itu. Ada banyak benda yang tidak bisa dicapai dengan indera perabaan sebab begitu jauh seperti benda langit, atau begitu besar misalnya gunung, begitu ringkih contohnya binatang kecil, atau mencelakakan contohnya api, dan lain-lain.
"Pandangan sangat mungkin kita untuk bergerak dengan bebas pada suatu lingkungan, tapi tunanetra memiliki kekurangan dalam lakukan pergerakan itu. Kekurangan itu menyebabkan kekurangan dalam mendapatkan pengalaman dan punya pengaruh pada jalinan sosial," mencuplik file.upi.edu, Senin (7/9/2020).
Tidak seperti beberapa anak yang lain, anak tunanetra harus belajar langkah berjalan dengan aman serta efektif pada suatu lingkungan dengan beberapa ketrampilan tujuan serta mobilitas.
Bila seorang ada di satu lokasi yang ramai, orang itu dengan gampang dapat lihat ruang dimana dia ada, lihat beberapa orang di seputar, serta dapat dengan bebas bergerak di lingkungan itu.
Di lain sisi, penyandang tunanetra tidak mempunyai kontrol semacam itu. Serta dengan ketrampilan mobilitas yang dipunyainya, deskripsi mengenai lingkungan masih tidak utuh.
Ini yang mengakibatkan orang dengan disabilitas netra memerlukan pendamping bila ke tempat baru atau lingkungan dengan trotoar akses seperti pengadaan guiding block.